Siswa memerlukan beberapa hal untuk dapat sukses dalam belajar matematika. Salah satu penentu keberhasilan dalam belajar matematika siswa adalah dengan memiliki kecakapan matematis. Kecakapan matematis (mathematical proficiency) menurut Kilpatrick (2001) terdiri dari 5 unsur yakni: (1) pemahaman konseptual (conseptual understanding); (2) kelancaran prosedural (procedural fluency); (3) kompetensi strategis (strategic competence); (4) penalaran adaptif (adaptive reasoning) dan (5) disposisi produktif (productive dispotition). Pemahaman konseptual (conceptual mathematics) dapat diartikan sebagai pemahaman siswa terhadap konsep matematika, operasi, mengetahui simbol dan diagram serta prosedur matematika. Kecakapan matematis yang selanjutnya adalah kelancaran prosedural (procedural fluency). Kelancaran prosedural adalah keterampilan siswa yang mencakup pengetahuan tentang prosedur dimana siswa mampu membangkan fleksibilitas, keakuratan serta efisiensi dalam penyelesaian suatu permasalahan. Kemudian untuk kecakapan kompetensi strategis (strategic competence), Kilpatrick, et al (2001) merumuskan kompetensi strategi sebagai kemampuan siswa dalam merumuskan, menyajikan dan memecahkan permasalahan matematis.
Selanjutnya untuk kecakapan matematis yang keempat adalah penalaran adaptif (adaptive reasoning) yang mengarah pada kapasitas untuk berfikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi, keterampilan berpikir reflektif, keterampilan menjelaskan dan memberikan pembenaran. Dan kecakapan matematis yang kelima ialah disposisi produktif (productive disposition). Kilpatrick et al (2001) menyatakan disposisi produktif sebagai pandangan terhadap matematika sebagai sesuatu yang masuk akal dan berguna. Randolph, Philipp & John (2015) menyatakan bahwa disposisi produktif adalah masukan dari motivasi guru, kepercayaan serta sikap terhadap matematika dari subjek, pengajaran dan pembelajaran matematika. Sejalan dengan hal tersebut Widjajanti (2011) juga menyatakan bahwa disposisi produktif berakaitan dengan kecenderungan siswa mempunyai kegiatan yang produktif dan memandang matematika sebagai hal yang logis, berguna, bermakna dan memiliki kepercayaan diri dalam belajar matematika.
Namun faktanya di lapangan kemampuan pemahaman konseptual masih kurang dimiliki siswa. Menurut hasil penelitian Sopia, Sugianto & Hartoyo (2017) terhadap siswa kelas X SMA Harapan di Kabupaten Landak tahun ajaran 2016/2017 dengan sampel sebanyak 30 orang diperoleh bahwa penyampaian konsep dalam pembelajaran matematika diberikan dengan cara menghafal sehingga siswa cenderung dengan ekspositori. Dari uraian tersebut terlihat bahwa pembelajaran cenderung berpusat pada guru dan menekankan proses procedural dan kurang memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman konseptual serta menggali pengetahuan terhadap pemahaman konsep itu sendiri. Lebih lanjut dalam penelitian ini dikemukakan bahwa proses pembelajaran menggunakan problem solving dapat meningkatkan pemahaman konseptual dalam materi bangun ruang. Dari kajian hasil penelitian di atas dan beberapa kajian yang telah penulis paparkan di artikel, menunjukkan masih kurangnya kecakapan matematis siswa di Indonesia. Artinya perlu ada usaha untuk dapat meningkatkan kecakapan matematis siswa.
Penulis:
Puspitarani, M.Pd.
Guru Matematika SMA Muhammadiyah 5 Todanan
Anggota MGMP Matematika SMA Kabupaten Blora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar